Beranda
Pendidikan Akademik dan Non-akademik
Pendidikan akademik dan non-akademik memang sangat diperlukan.
Diperlukannya hal tersebut karena seiring dengan jenjang tingkatan
pendidikan yang bertambah. Semestinya pendidikan akademik dan
non-akademik harus berjalan seimbang. Artinya di mana siswa tidak
dituntut untuk mengikuti kelas yang sudah ada dengan pelajaran yang
banyak. Pada sekolah-sekolah, adanya birokratisasi profesi guru juga
menjadi salah satu faktor kurangnya pengembangan potensi non-akademik
peserta didik. Padahal tujuan dari ini adalah untuk mengembangkan
potensi siswa tidak hanya dalam bidang akademik saja melainkan pada
bidang non akademik, sehingga bakat maupun minat peserta didik dapat
berkembang secara optimal.
Potensi dibidang akademik dan non akademik dapat mengantarkan peserta
didik berhasil mengahadapi kehidupan nyata. Mereka tidak perlu
berlomba-lomba untuk meraih nilai yang baik, karena dengan adanya
persepsi seperti itu mereka tidak akan siap ketika menghadapi sebuah
kehidupan dunia yang terus berubah bahkan kini perubahan itu sangat
cepat. Kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh
pengetahuan, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan mengelola dirinya.
Berdasarkan penelitian di Harvard University (2000), ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill), tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.
Proses pendidikan merupakan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap seseorang. Maka dari itu, pendidikan seharusnya menghasilkan
output dengan kemampuan proporsional antara hard skill dan soft skill. Selain karena kurikulum yang memiliki muatan soft skill yang rendah dibanding muatan hard skill. Ketidakseimbangan antara soft skill dengan hard skill dapat disebabkan oleh proses pembelajaran yang menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun hasil ujian.
Berbicara tentang mutu pendidikan atau sekolah, sedikitnya dapat
dilihat dari sisi guru, siswa, dan pihak-pihak terkait,
sistem/kurikulum, serta sarana prasarana. Kurikulum Indonesia saat ini
sudah banyak kelebihan beban, banyak pelajaran yang overlap dan overload. Jumlah mata pelajaran yang diberikan terlalu banyak dan terlalu meluas, sehingga anak dituntut berfikir terlalu keras.
(Di copy dari unesa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar